ORGANOPHOSPAT POISONING MANAGEMENT
Terapi suportif umum :
Pengelolaan
suportif pada keracunan organophospat mengacu pada pengelolaan prinsip dasar
dari keracunan akut pada umumnya. Pengelolaan cepat dari jalan napas,
pernafasan dan sirkulasi paling esensial. Pasien yang komatose atau muntah
harus tetap dijaga posisi lateral, terutama posisi head down dengan leher
ekstensi untuk mengurangi resiko dari aspirasi. Patensi jalan nafas harus
selalu diamankan dengan posisi yang
benar, memasang guedel’s, suction secara berkala. Oksigen pada kondisi
ini diperlukan pada kebanyakan pasien, disertakan pemantauan saturasi oksigen
arteri.
Kulit ataupun
pakaian dari pasien harus dilepas atupun dibersihkan dengan sabun dan air untuk
menghindari penyerapan racun kedalam kulit.
Lavase
lambung diharapkan dapat
mengurangi proses absorbsi dari racun yang telah masuk dan harus
dipertimbangkan pada pasien yang baru menelan racun dalam waktu 1 -2 jam.
Resiko lavase lambung dapat terjadi berupa aspirasi,
hipoksia, dan spasme laryngeal. Perangsangan
muntah oleh air sabun dan sirup ipepac diyakini memberi lebih
banyak masalah disbanding keuntungannya, Karena kebanyakan Organophospat dilarutkan dalam petroleum distilat dan
dapat menyebabkan severe pneumonitis dan ARDS ketika teraspirasi.
Penggunaan cairan-cairan rumatan seperti air
susu dapat membantu mengencerkan dari racun, tetapi dapat juga meningkatkan
waktu pengosongan lambung dan mendorong
racun cepat ke usus kecil, diserap cepat, sehingga mempercepat perkembangan
racun dalam darah. Berkebalikan dengan pemberian larutan lipid-rich (telur mentah) dosis kecil, dapat
memperlambat pengosongan lambung dan dapat menunda onset dari keracunan dan
gagal nafas. Cathartic (obat
pencahar) mungkin dapat memperburuk organophospat-induced diare yang akan
memicu dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, oleh karena itu penggunaan
tidak dianjurkan pada praktek umum.
Activated charcoal (karbon aktif) dapat
membantu mengurangi jumlah racun dengan mengabsorbsinya. Dan terbukti efektif
pada percobaan keracunan organophospat pada eksperimen binatang, walaupun
efikasinya masih belum terbukti jelas pada manusia. Dosis tunggal ataupun
multiple dari karbon aktif sering digunakan pada praktek sehari-hari.
Terapi Antidote Spesifik
Atropine :
Atropine
telah ditetapkan sebagai dasar manajemen keracunan organophospat dan diduga
akan tetap begitu untuk waktu yang akan datang. Atropine bekerja secara
kompetitif pada reseptor muskarinik sentral maupun perifer dan melawan efek
berlebihan dari parasimpatis. Keterlambatan atau tidak cukupnya atropine dapat
mengakibatkan kematian dari efek depresi system pernafasan sentral,
bronkhospasme, sekresi bronchus yang betrlebihan, bradikardia berat dan
hipotensi.
Penggunaan
dari Atropin :
Ø Dapat dimulai dengan bolus dari 3-5
ampules Atropin (1amp=0,5mg).
Ø Kemudian dosis ditingkatkan/double
setiap 5menit sampai efek atropinisasi dicapai.
Ø Jika target atropine tercapai, kita
gunakan drip IV dengan dosis 20% dari dosis inisial perjam sampai 48jam pertama
dan secara pelan-pelan diturunkan sampai 5-10hari.
Target end-point dari terapi Atropin
Ø Heart Rate > 80/min.
Ø Pupil yang berdilatasi.
Ø Dry aksillae.
Ø Tekanan Darah Sistolik > 80/min.
Ø Clear chest dengan tidak adanya suara
wheezing.
Tanda-tanda kelebihan Atropinisasi
Ø Agitasi.
Ø Bingung (confusion).
Ø Hipertermia.
Ø Takikardia parah.
Oximes :
Mekanisme
kerja oxime dengan cara mereaktivasi acetylcholinesterase yang telah berikatan
dengan molekul Organophospat. Pralidoxime adalah jenis oxime yang paling sering
digunakan diseluruh dunia saat ini.
Dosis regimen yang bervariasi sekarang telah disarankan untuk
pengobatan oxime secara intermiten melanjutkan infuse pada loading dose.
Walaupun belum ada ketetapan yang jelas mengenai dosis dan durasi dari terapi
oxime, namun baru-baru ini WHO merekomendasikan dosis Pralidoxime sebesar
30mg/kg bolus IV diikuti dengan infuse secara kontinu 8mg/kg/jam sampai
perbaikan klinis tampak.
:) semoga bisa membantu..
NB :
INGAT JANGAN LUPAKAN KEMUNGKINAN PENDARAHAN SALURAN BAGIAN ATAS!!!