Komplikasi dari Acute
Coronary Syndrome
1.
Dysrhythmia/Aritmia
dan Gangguan Konduksi.
Aritmia adalah kondisi dimana irama yang
berasal bukan dari nodus SA, irama yang tidak teratur, frekuensi kurang dari
60x/menit( lebih dari 100x/menit) dan terdapat hambatan impuls supra ataupun
intraventricular. Salah satu etiologi
tersering dari aritmia adalah iskemia berat dari sel otot jantung (ACS). Secara
epidemiologi aritmia post ACS terjadi pada 72-100% dari pasien ACS yang dirawat
pada ICCU (intensive coronary care unit).
Akan tampak adanya gambaran
PVC (premature ventricular contraction) pada lebih dari 90% pasien dengan ACS.
Atrial premature contraction juga umum terjadi sekitar lebih dari 50% pasien
post ACS.
Pada fase awal AMI, pasien sering menunjukkan gejala
peningkatan aktivitas dari sistem saraf parasimpatis (tous vagal); pasien akan
mengalami sinus bradikardi, AV block, dan hipotensi. Selanjutnya akan terjadi
perubahan menjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis oleh peningkatan pelepasan
hormon katekolamin, sehingga pasien akan mengalami ketidakstabilan listrik;
PVC, Ventriclar tachycardia, Ventricular fibrilasi, accelerated idioventricular
rythms dan AV junctional tachycardia.
Pada aritmia, konsekuensi perubahan hemodinamis
tergantung dari fungsi ventrikelnya. Contohnya pada kasus aritmia, jantung akan
kehilangan 10-20% volume output ventrikel kiri pada kondisi dimana kontraksi
atrium tereliminasi. Penurunan dari komplians ventricular dapat mengakibatkan
penurunan 35% dari stroke volume ketika systole atrium tereliminasi.
Pada akhirnya takikardia persisten dihubungkan dengan
prognosis yang buruk, karena peningkatan penggunaan oksigen otot jantung.
Ketikan vetrikel takikardi terjadi pada perjalanan akhir ACS, sering
dihubungkan dengan infark di transmural dan disfungsi ventricular. (mortalitas
50%).
Gangguan
Konduksi
Secara umum
gangguan konduksi akan menghasilkan bradkardi oleh kegagalan penghantaran
(konduksi) impuls dari nodus SA ke
ventrikel (hambatan pada AV node). Secara fisiologis impuls SA selanjutnya akan
diteruskan ke atrium kanan dank e atrium kiri melalui Bachman’s Bundle, dlanjutkan ke nodus AV, bundle his, berkas cabang
kanan dan kiri, serabut purkinje, dan berakhir di miokard. Nodus AV mendapatkan
pasokan darah dari arteri descenden posterior yang merupakan cabang dari arteri
koroner kanan pada 80% populasi. Maka infark miokard inferior paling sering
menimbulkan komplikasi gangguan hantaran pada nodus AV (blok AV).
Blok AV akan menimbulkan gejala seperti pusing,
lemas, hampir pingsan, pingsan, dan kadang-kadang kematian mendadak. Blok AV
derajat 1 dan derajat 2 tipe Mobitz I umumnya sering terjadi pada AMI anterior.
Sedangkan blok AV derajat 2 tipe Mobitz II umumnya terjadi pada AMI anterior
dan resiko berkembang menjadi blok AV derajat 3 (total blok).
RBBB terjadi sekitar 2% pada pasien dengan AMI.
Sering dihubungkan dengan AMI anteroseptal. Sedangkan LBBB terjadi sekitar 5%
pada pasien dengan AMI dan dihubungkan dengan resiko mortalitas tinggi karena
biasanya diakibatkan oleh infark luas.
Rekomendasi Terapi Aritmia pada ACS.
VT dan VT dengan
Hemodinamik tidak stabil:
Kardioversi DC shock.
VT Monomorfik Refrakter
dengan Kardioversi DC dan Hemodinamik tak stabil:
Amiodaron.
Lidokain. Transvenous Catether pace Termination.
VT Monomorfik Salvo
Simtomatik Berulang:
Amiodaron
IV. Sotalol/beta bloker lainnya.
VT Polimorfik:
Bila QT
normal : Amiodaron IV. Lidokain. Sotalol/beta bloker lainnya.
Bila QT
memanjang : koreksi elektrolit, pertimbangkan Mg-Isopreterenol/lidokain.
Kontrol Laju Fibrilasi
Atrial:
Beta bloker
IV atau Antagonis Kalsium Non-dihidropiridin (verapamil/diltiazem) bila tidak
ada gejala gagal jantung, bronkhospasme, atau blok AV.
Amiodaron
IV. Digitalis IV bila ada disfungsi ventrikel berat/gagal jantung. Kardioversi
elektrik.
Terapi Antikoagulan
pada Fibrilasi Atrial:
Terapi
unfractional heparin IV atau LMWH.
Sinus Bradikardia
dengan Hipotensi:
Atropin IV.
Pacu jantung sementara bila tidak ada respon dengan Atropin.
Blok AVII (tipe Mobitz)
atau Blok AV total dengan Bradikardia yang menyebabkan Hipotensi atau Gagal
Jantung:
Atropin IV.
Pacu jantung sementara bila gagal dengan atropine.
Catatan :
Amiodarone : 150mg bolus selama 10 menit. Dapat diberikan
150-300 bolus tambahan maksimal 6 kali. Dengan dosis maintenance 1mg/menit
selama 6 jam dan dosis pemeliharaan 0,5mg/menit.
Atropine : 0,5mg bolus cepat minimal. Dapat diulang
sampai dosis maksimum 1,5-2mg.
Diltiazem : 0,25mg/kgBB selama 2 menit.
Digoksin : 0,25mg tiap 2 jam, dapat diulang 2
kali.
Isopretenolol : 0,05-0,1mcg/kgBB /menit. Dosis disesuaikan
dengan laju dan irama jantung.
Continued>>>
No comments:
Post a Comment