-Dua- present-
“ Sama, Aku Kamu sama, Kusuka
itu, aku kamu bisa membuat samua hal menjadi sama. Bahkan sampai membuat kita
muak akan kesamaan dan berharap kita sedikit beda. Sampai akhirnya kita
menemukan beda. Schizophrenia.
Sudah sekitar 2 bulan terakhir ini
aku mengetahui bahwa pacarku merupakan teman kecilku yang hilang. Selama ini
aku hanya tahu bahwa kami memiliki banyak sekali kesamaan. Mulai dari tanggal
lahir, umur, warna rambut yang agak kecoklatan, iris mata yang hitam pekat,
dagu yang terbelah, dan tiga buah tahi lalat sejajar di leher depan. Tidak
hanya kesamaan fisik itu saja, kami juga mempunyai kesamaan lainnya seperti
sama-sama kuliah difakultas Kedokteran, menyukai jenis musik yang sama, lagu
yang sama, novel yang sama, warna yang sama seperti biru, kebiasaan bodoh sama
seperti menempelkan bekas kertas kado didinding kamar, mengoleksi tiket bioskop
dan konser musik sampai kebiasaan melihat ke atas saat sedang menjelaskan
sesuatu. Dan satu kesamaan yang sering membuatku merinding ketika aku
memikirkannya, cerita yang kuperoleh pada saat aku mengobrol dengan shinta, sepupu ale, fakta bahwa kami lahir dirumah sakit yang sama oleh dokter yang sama dan
berada dalam 1 inkubator bayi sama setelah masa post resusitasi. Entah apa yang
kami obrolkan dulu sering membuat aku menelan diazepam agar pikiran aneh itu
hilang.
“ Ku suka kau aku sama. Bukan
hanya dari kesamaan kita sebagai manusia. Lebih dari itu. Kita punya satu nyawa
sama namun terpisah dua raga. Karena itu aku sangat takut waktu dimana kamu
menghilangkannya.”
“ Satu hal yang aku berpegang
erat padanya untuk mencintaimu, Kau percaya padaku seperti percayanya seorang
bocah kecil lugu. Tidak peduli mungkin kepercayaanmu bisa membuat hidupmu
berakhir mengenaskan ditanganku” U do Have Faith To me. I love You.
sesaat aku ingin mengenang masa aku dan dia bertemu, 3 tahun yang lalu, Taman medika kampus kita tercinta. merupakan suatu skenario maha
kompleks atau bukan, yang jelas aku bertemu dengan dia saat OSPEK kampus. Dia merupakan anak Jawa kelahiran Sumatra. Sedangkan aku asli jawa menetap dikota dimana kampus kami
berada, jogjakarta. Kebetulan kami 1 grup OSPEK. Dimana saat itu aku ditunjuk sebagai
ketua grup, sialnya memaksaku untuk mengenal teman-temanku 1 grup. tidak ada yang beda, 8 formasi orang tersusun dari wanita dan pria berkacamata. fisik tambun yang terawat, garis wajah yang segar kesan tidak tergores roma kelelahan dan perjuangan, gadget paling anyar yang tak pernah lepas dari genggamannya. tipikal, anak FK manja. sampai aku tersadar ada orang ke-9, raut wajah yang tak menunjukkan emosi apa-apa, garis wajah tegas, dengan pembawaan yang sangat tenang.
"First impression can be quite important, Everyone stereotypes everyone on his first impression, even we are reluctant to do it. we all get a first impression of a new person that creates a mental image of his/her personaliy in our minds".
"That image of you often last and can affect the relationship that follows."
Tidak
terbayangkan dulu kesan pertamaku melihatnya. Bukan seperti melihat sosok
mahasiswa baru normal berkacamata, ceria, aktif, dan antusias menyambut hari
perdananya di Universitas. Dia malah seperti anak baru lulus SD. terlihat dari
sifatnya yang cuek dan egois, cara bicaranya yang cepat dan tidak jelas, dan
satu lagi kerjasamanya yang buruk. Ya dia memang terlihat jauh lebih muda dari umurnya.
Individu yang susah merasa nyaman bersamanya, bukan karena sifatnya yang kekanakan dan menyebalkan, tapi cenderung ke atensinya yang seolah-olah menciptakan atmosfir pribadi yang menghancurkan benda apapun yang akan masuk dalam planetnya. ale, aku mencitainya.
Continued>>>
No comments:
Post a Comment