Komplikasi dari Acute Coronary Syndrome
2. Gagal Jantung
Suatu kondisi dimana jantung mengalami
perubahan struktural & fungsional yang ditandai dengan ketidakmampuan
menghasilkan cardiac output secara normal untuk perfusi jaringan, atau mungkin
dapat memenuhi kebutuhan jaringan namun hanya dengan cara meningkatkan
ventricular filling (tekanan end-diastolic meningkat).
Nekrosis miosit yang disebabkan oleh
nekrosis apakah itu difus atau fokal akan menyebabkan kematian miosit yang
berakhir dengan terbentuknya fibrosis, hipertrofi sel miosit yang masih
tersisa, dan dilatasi dari ruang area jantung yang terkena iskemik. Perubahan molekular
maupun selular ini akan memacu terjadinya remodeling. Para klinisi menggambarkan
keadaan ini sebagai cardiomiopati dilatasi . Pasien dengan dilatasi ventrikel
kiri yang mengalami penurunan kontraksi sebagai akibat dari infark miokard
sebelumnya (ischaemic cardiomyopathy) akan mengalami penurunan volume pengosongan dan kontraksi dan disebut sebagai disfungsi sistolik.
Disfungsi
sistolik dan diastolik adalah istilah untuk menggambarkan abnormalitas dari otot
jantung ventrikel atas ketidakmampuannya untuk berkontraksi (memompa darah) dan
berelaksasi (mengisi darah) secara normal. Disfungsi sistolik terjadi karena
berkurangnya pemendekan dari sarkomer kemudian akan meningkatkan hambatan dari
ejeksi ventrikel. Peningkatan preload karena hal tersebut akan memberikan
kompensasi jangka pendek via mekanisme frank-starlink
(lihat bawah) dalam penurunan kontraksi atau peningkatan dalam hambatan. Jangka
panjang dari mekanisme kompensasi ini akan melibatkan hipertrofi otot jantung,
karena peletakan sarkomer baru yang meningkatkan lebar (konsentrik) ataupun
panjang (eksentrik) dari miosit, remodeling juga berkontribusi dalam penurunan
pemendekan sarkomer. Semua factor tersebut diatas akan menyebabkan penurunan
pemendekan dari fiber juga selanjutnya menyebabkan penurunan pada fraksi ejeksi
ventrikel kiri akhirnya akan meningkatkan volume end-diastolik.
Mekanisme Frank-Starling
Mekanisme
Frank-Starling meningkatkan stroke volume berarti terjadi peningkatan volume
ventricular end-diastolic. Bila terjadi peningkatan pengisian diastolik,
berarti ada peningkatan peregangan dari serat otot jantung, lebih optimal
pada filamen aktin dan miosin, dan resultannya meningkatkan tekanan pada
kontraksi berikutnya. Pada keadaan normal, mekanisme Frank-Starling mencocokan
output dari dua ventrikel.
Pada
gagal jantung, mekanisme Frank-Starling membantu mendukung kardiak output.
Cardiac output mungkin akan normal pada penderita gagal jantung yang
sedang beristirahat, dikarenakan terjadinya peningkatan volume ventricular
end-diastolic dan mekanisme Frank-Starling. Mekanisme ini menjadi tidak efektif
ketika jantung mengalami pengisian yang berlebihan dan serat otot mengalami
peregangan yang berlebihan. Hal penting yang menentukan konsumsi energi otot
jantung adalah ketegangan dari dinding ventrikular. Pengisian ventrikel yang
berlebihan menurunkan ketebalan dinding pembuluh darah dan meningkatkan ketegangan
dinding pembuluh darah. Peningkatan ketegangan dinding pembuluh darah akan
meningkatkan kebutuhan oksigen otot jantung yangmenyebabkan iskemia dan lebih
lanjut lagi adanya gangguan fungsi jantung.
Gagal jantung pada SKA biasanya disebabkan oleh kerusakan miokard, tapi
dapat pula terjadi karena aritmia atau komplikasi mekanik seperti ruptur septum
ventrikel atau regurgitasi mitral iskemik. Gagal jantung pada SKA menandakan
prognosis yang lebih buruk. Derajat gagal jantung dikategorikan berdasarkan
klasifikasi Killip ataupun NYHA :
Table
klasifikasi gagal jantung Killip :
Klasifikasi Kiilip dan Forester biasanya dipakai di
bidang perawatan intensif untuk menilai beratnya gagal jantung. Klasifikasi
Killip yang berdasarkan tanda-tanda klinis dan foto toraks. Klasifikasi
Forrester yang berdasarkan tanda-tanda klinis dan karakteristik hemodinamik.
Klasifikasi kedua ini cocok pada gagal jantung pada infark jantung akut.
Klasifikasi yang ketiga yang telah telah
divalidasi pada perawatan dan prognosis
kardiomyopati, yang berdasarkan penemuan klinis, yaitu berdasarkan
sirkulasi perifer (perfusi) dan auskultasi paru (kongesti). Pasien
diklasifikasi menjadi :
Class I (grup A) (warm and dry) : kongesti (-). Perfusi rendah (-)
Class II (grup B) (warm and wet) : kongesti (+). Perfusi rendah (-)
Class III (grup C) (cold and dry) : kongesti (-). Perfusi rendah (+)
Clas IV (grup D) (cold and wet) : kongesti (+). Perfusi rendah (+)
Bukti adanya
kongesti berupa :
ortopnea, peningkatan tekanan vena
jugularis tinggi, edema, ascites, reflex abdomino jugularis, dan gelombang
valsalva kuadrat.
Bukti adanya
perfusi yang rendah :
Tekanan nadi sempit, ekstrimitas dingin,
mengantuk atau lemas, suspek hipotensi, suspek hiponatremi, salah satu penyebab
buruknya fungsi ginjal.
Klasifikasi Gagal
Jantung menurut New York Heart Association (NYHA)
NYHA kelas I,
para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan fisik serta tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit jantung seperti cepat lelah, sesak nafas
atau berdebar-debar, apabila mereka melakukan kegiatan biasa.
NYHA kelas II,
penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh
apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang biasa menimbulkan
gejala-gejala insufisiensi jantung seperti kelelahan, jantung berdebar, sesak
nafas atau nyeri dada.
NYHA kelas III,
penderita penyakit jantung dengan banyak pembatasan dalam kegiatan fisik.
Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang
kurang dari kegiatan biasa sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung.
NYHA kelas IV,
penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa menimbulkan
keluhan. Waktu istirahat juga dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi
jantung, yang bertambah apabila mereka melakukan kegiatan fisik meskipun sangat
ringan.
GEJALA dan TANDA kompleks yang dimiliki Gagal Jantung yaitu :
·
Sesak
nafas, Mudah lelah, edema pada tungkai bawah.
·
Edema
pulmo (kongesti pulmo) ditandai dengan adanya rhonki (+), Perkusi tumpul,
crakle, taktil fremitus meningkat dan vesikuler yang menurun.
·
Tanda-tanda
bendungan seperti refluks hepatojugular, JVP yang meningkat dan adanya edema
perifer.
·
Perubahan
fisiologis jantung seperti cardiomegali, iktus cordis yang bergeser ke lateral,
gallop S3, murmur (+), ejeksi fraksi ventrikel kiri < 0,4, dan peningktanan konsentrasi brain/serum
natriuretic peptid.
TATALAKSANA
Tatalaksana
umum meliputi monitor kemungkinan terjadinya aritmia, gangguan elektrolit dan
adanya kelainan katup atau paru. Pemeriksaaan foto toraks dan ekokardiografi
direkomendasikan untuk evaluasi luas kerusakan miokard dan komplikasi yang
mungkin terjadi seperti ruptur septum dan regurgitasi mitral.
Syok
kardiogenik pada SKA menandakan kegagalan pompa jantung berat dan hipoperfusi
dengan manifestasi klinis TD sistolik <90mmHg, PulmonariWedgePressure
>20mmHg atau cardiac index <1,8L/m2. Hal ini akibat dari nekrosis miokard
yang luas. Inotropik atau Intra Aortic Balon Pump (IABP) sering diperlukan
untuk mempertahankan TD sistolik >90mmHg. Diagnosis syok kardiogenik
ditegakkan setelah menyingkirkan penyebab lain hipotensi seperti hipovolemik,
reaksi vagal, tamponade, aritmia, dan gangguan elektrolit. Terapi suportif IABP
direkomendasikan sebagai jembatan untuk terapi definitive yaitu terapi
intervensi (emergency PCI).
Rekomendasi Terapi gagal jantung dan
syok kardiogenik :
Killip Kelas II :
·
Oksigen.
·
Diuretic
: furosemid 20-40mg IV dapat diulang tiap 1-4jam bila perlu.
·
Nitrat
bila tidak ada hipotensi.
·
ACE-inhibitor
bila tidak ada hipotensi, hipovolemia, atau gagal ginjal.
·
ARB
(valsatran) bila ACE tidak dapat ditoleransi.
Killip kelas III :
·
Oksigen.
·
Ventilator
tergantung hasil analisa gas darah (AGD).
·
Furosemid
20-40mg IV.
·
Nitrat
bila tidak ada hipotensi.
·
Inotropic
dopamine dan atau dobutamin.
·
Evaluasi
hemodinamik dengan kateterisasi.
·
Revascularisasi
dini.
Killip kelas IV :
·
Oksigen.
·
Ventilator
mekanik tergantung hasil AGD.
·
Evaluasi
hemodinamik dengan kateter.
·
Inotropik
Dopamin (5-15mikro/kg/menit) dan atau dobutamin (5-20mikro/kg/menit).
·
IntraAorticBaloonPump
(IABP).
·
Revaskularisasi
dini.
Pedoman obat-obat infuse pada pasien
kritis.
·
Dobutamin
:
pengenceran 500mg/250ml.
dosis 2,5-20mikro/kg/mnt.
dosis 2,5-20mikro/kg/mnt.
syring pump
(ml/jam) : 1500mikro/min = 45
ml/jam
1250mikro/min
= 37 ml/jam
750mikro/min
= 22,5 ml/jam
500mikro/min
= 15 ml/jam
250mikro/min
= 7,5 ml/jam
·
Dopamin
:
Pengenceran 400mg/250ml.
dosis inotropic 2-10mkro/kg/min.
dosis vasopresor 10-20mikro/kg/min.
dosis inotropic 2-10mkro/kg/min.
dosis vasopresor 10-20mikro/kg/min.
syring pump
(ml/jam) : 1400mikro/min = 52,2 ml/jam
1200mikro/min
= 45 ml/jam
1000mikro/min
= 37,5 ml/jam
800mikro/min
= 30 ml/jam
600mikro/min
= 22,5 ml/jam
·
Epinephrine
:
Pengenceran 3mg/250ml.
dosis awal 1mikro/min. naik sampai respon.
dosis awal 1mikro/min. naik sampai respon.
syring pump
(ml/jam) : 4mikro/min = 20 ml/jam
3mikro/min
= 15 ml/jam
2mikro/min
= 10 ml/jam
1mikro/min
= 5 ml/jam
·
Nitroglycerin
:
Pengenceran 100mg/250ml.
dosis awal 5-10mikro/min. titrasi sampai 10-20mikro/min setiap 5 menit tergantung dosis terakhir dan kondisi pasien.
dosis awal 5-10mikro/min. titrasi sampai 10-20mikro/min setiap 5 menit tergantung dosis terakhir dan kondisi pasien.
syring pump
(ml/jam) : 80mikro/min = 12
ml/jam
60mikro/min
= 9 ml/jam
40mikro/min
= 6 ml/jam
20mikro/min
= 3 ml/jam
10mikro/min
= 1,5ml/jam
Notes : Pada pengenceran, nilai yang dipakai tidak kaku. Misalnya di RS
yang titrasi dengan syring pump. 50ml maka dapat disesuaikan. Contoh dobutamin
500mg/250ml. dapat dibuat 100mg/50ml syringe pump.
alhamdulillah :-) semoga dapat membantu.
No comments:
Post a Comment