Search me'

Friday, August 24, 2012

me you n our similarity.. tiga


for you,. my star,. my pride,.


"kau ku sayangi ..
teman sejati ..
dikau lah sesungguhnya
insan bernama kekasih ..
PadaMu tuhan ku mohon keredaan
Kekasih yang ku damba
kekal hingganya ke syurga.."

"Hanya satu yg kupinta kebaikan dariNya
moga dipeliharakan Tulus cinta  kita ..
agar kukuh ikatan yg murni bahagia selamanya
Dgn lafaz pernikahan yg mulia .."

"Datanglah kasih ke dalam diriku..
Menghiasi ruang hatiku ..
akan ku sambutnya dgn sujud penuh kesyukuran ..
ku harap jalinan kan bepanjangan
selagi kasih yg terbina karena cinta kepadaNya .."

"Lihat ke dalam mataku ..
Sinarnya menyala ..
Lihat ke dalam ..
Cintamu bertakhta di hati ..
Takkan beranjak pendirian ku ini selagi
Kita tak kembali bersatu selamanya
takkan berubah perasaan ini terhadapmu
Biar digugat, biar dirintang, biar dihalang, ."

"Sebelum ku kenal dirimu siapa
aku tak kenali apa itu cinta ..
setelah ku kenal dirimu sebenarnya
kau cinta sejati ..
kau sandarkan jiwa.."

Love, it turns you into many things in the world.
Love, it makes you do many things unexpected in you life.
Love, it makes you taste every flavor of the worlds.
It makes you weak, it makes you strong.
It makes you be bad; it makes you be an angle.

I wish I COULD CRY TO MAKE YOU SEE..

I wish I AM SICK SO THAT YOU CAN CARE.

Yeah, things now just like this ..
We need a space to think about it, I guess..
But I think I need it ..
I don’t need a space.
I need You..

Wednesday, August 15, 2012

GAGAL JANTUNG PASCA AMI

Komplikasi dari Acute Coronary Syndrome
 2.   Gagal Jantung

         Suatu kondisi dimana jantung mengalami perubahan struktural & fungsional yang ditandai dengan ketidakmampuan menghasilkan cardiac output secara normal untuk perfusi jaringan, atau mungkin dapat memenuhi kebutuhan jaringan namun hanya dengan cara meningkatkan ventricular filling (tekanan end-diastolic meningkat).
Nekrosis miosit yang disebabkan oleh nekrosis apakah itu difus atau fokal akan menyebabkan kematian miosit yang berakhir dengan terbentuknya fibrosis, hipertrofi sel miosit yang masih tersisa, dan dilatasi dari ruang area jantung yang terkena iskemik. Perubahan molekular maupun selular ini akan memacu terjadinya remodeling. Para klinisi menggambarkan keadaan ini sebagai cardiomiopati dilatasi . Pasien dengan dilatasi ventrikel kiri yang mengalami penurunan kontraksi sebagai akibat dari infark miokard sebelumnya (ischaemic cardiomyopathy) akan mengalami penurunan volume pengosongan dan kontraksi dan disebut sebagai disfungsi sistolik.

      Disfungsi sistolik dan diastolik adalah istilah untuk menggambarkan abnormalitas dari otot jantung ventrikel atas ketidakmampuannya untuk berkontraksi (memompa darah) dan berelaksasi (mengisi darah) secara normal. Disfungsi sistolik terjadi karena berkurangnya pemendekan dari sarkomer kemudian akan meningkatkan hambatan dari ejeksi ventrikel. Peningkatan preload karena hal tersebut akan memberikan kompensasi jangka pendek via mekanisme frank-starlink (lihat bawah) dalam penurunan kontraksi atau peningkatan dalam hambatan. Jangka panjang dari mekanisme kompensasi ini akan melibatkan hipertrofi otot jantung, karena peletakan sarkomer baru yang meningkatkan lebar (konsentrik) ataupun panjang (eksentrik) dari miosit, remodeling juga berkontribusi dalam penurunan pemendekan sarkomer. Semua factor tersebut diatas akan menyebabkan penurunan pemendekan dari fiber juga selanjutnya menyebabkan penurunan pada fraksi ejeksi ventrikel kiri akhirnya akan meningkatkan volume end-diastolik.

Mekanisme Frank-Starling
 Mekanisme Frank-Starling meningkatkan stroke volume berarti terjadi peningkatan volume ventricular end-diastolic. Bila terjadi peningkatan pengisian diastolik, berarti ada peningkatan peregangan dari serat otot jantung, lebih optimal pada filamen aktin dan miosin, dan resultannya meningkatkan tekanan pada kontraksi berikutnya. Pada keadaan normal, mekanisme Frank-Starling mencocokan output dari dua ventrikel.
Pada gagal jantung, mekanisme Frank-Starling membantu mendukung kardiak output. Cardiac output mungkin akan normal pada penderita gagal jantung yang sedang beristirahat, dikarenakan terjadinya peningkatan volume ventricular end-diastolic dan mekanisme Frank-Starling. Mekanisme ini menjadi tidak efektif ketika jantung mengalami pengisian yang berlebihan dan serat otot mengalami peregangan yang berlebihan. Hal penting yang menentukan konsumsi energi otot jantung adalah ketegangan dari dinding ventrikular. Pengisian ventrikel yang berlebihan menurunkan ketebalan dinding pembuluh darah dan meningkatkan ketegangan dinding pembuluh darah. Peningkatan ketegangan dinding pembuluh darah akan meningkatkan kebutuhan oksigen otot jantung yangmenyebabkan iskemia dan lebih lanjut lagi adanya gangguan fungsi jantung.


Gagal jantung pada SKA biasanya disebabkan oleh kerusakan miokard, tapi dapat pula terjadi karena aritmia atau komplikasi mekanik seperti ruptur septum ventrikel atau regurgitasi mitral iskemik. Gagal jantung pada SKA menandakan prognosis yang lebih buruk. Derajat gagal jantung dikategorikan berdasarkan klasifikasi Killip ataupun NYHA :

Table klasifikasi gagal jantung Killip :
Klasifikasi Kiilip dan Forester biasanya dipakai di bidang perawatan intensif untuk menilai beratnya gagal jantung. Klasifikasi Killip yang berdasarkan tanda-tanda klinis dan foto toraks. Klasifikasi Forrester yang berdasarkan tanda-tanda klinis dan karakteristik hemodinamik. Klasifikasi kedua ini cocok pada gagal jantung pada infark jantung akut.
 Klasifikasi yang ketiga yang telah telah divalidasi pada perawatan dan prognosis  kardiomyopati, yang berdasarkan penemuan klinis, yaitu berdasarkan sirkulasi perifer (perfusi) dan auskultasi paru (kongesti). Pasien diklasifikasi menjadi :
Class I (grup A) (warm and dry)   : kongesti (-). Perfusi rendah (-)
Class II (grup B) (warm and wet)  : kongesti (+). Perfusi rendah (-)
Class III (grup C) (cold and dry)    : kongesti (-). Perfusi rendah (+)
Clas IV (grup D) (cold and wet)    : kongesti (+). Perfusi rendah (+)

Bukti adanya kongesti berupa :
 ortopnea, peningkatan tekanan vena jugularis tinggi, edema, ascites, reflex abdomino jugularis, dan gelombang valsalva kuadrat.

Bukti adanya perfusi yang rendah :
      Tekanan nadi sempit, ekstrimitas dingin, mengantuk atau lemas, suspek hipotensi, suspek hiponatremi, salah satu penyebab buruknya fungsi ginjal.


 
Klasifikasi Gagal Jantung menurut New York Heart Association (NYHA)

    NYHA kelas I, para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan fisik serta tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit jantung seperti cepat lelah, sesak nafas atau berdebar-debar, apabila mereka melakukan kegiatan biasa.

    NYHA kelas II, penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang biasa menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti kelelahan, jantung berdebar, sesak nafas atau nyeri dada.

   NYHA kelas III, penderita penyakit jantung dengan banyak pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan biasa sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung.

    NYHA kelas IV, penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa menimbulkan keluhan. Waktu istirahat juga dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung, yang bertambah apabila mereka melakukan kegiatan fisik meskipun sangat ringan.

  
GEJALA dan TANDA kompleks yang dimiliki Gagal Jantung yaitu :
·         Sesak nafas, Mudah lelah, edema pada tungkai bawah.
·         Edema pulmo (kongesti pulmo) ditandai dengan adanya rhonki (+), Perkusi tumpul, crakle, taktil fremitus meningkat dan vesikuler yang menurun.
·         Tanda-tanda bendungan seperti refluks hepatojugular, JVP yang meningkat dan adanya edema perifer.
·         Perubahan fisiologis jantung seperti cardiomegali, iktus cordis yang bergeser ke lateral, gallop S3, murmur (+), ejeksi fraksi ventrikel kiri < 0,4, dan  peningktanan konsentrasi brain/serum natriuretic peptid.


TATALAKSANA

            Tatalaksana umum meliputi monitor kemungkinan terjadinya aritmia, gangguan elektrolit dan adanya kelainan katup atau paru. Pemeriksaaan foto toraks dan ekokardiografi direkomendasikan untuk evaluasi luas kerusakan miokard dan komplikasi yang mungkin terjadi seperti ruptur septum dan regurgitasi mitral.
            Syok kardiogenik pada SKA menandakan kegagalan pompa jantung berat dan hipoperfusi dengan manifestasi klinis TD sistolik <90mmHg, PulmonariWedgePressure >20mmHg atau cardiac index <1,8L/m2. Hal ini akibat dari nekrosis miokard yang luas. Inotropik atau Intra Aortic Balon Pump (IABP) sering diperlukan untuk mempertahankan TD sistolik >90mmHg. Diagnosis syok kardiogenik ditegakkan setelah menyingkirkan penyebab lain hipotensi seperti hipovolemik, reaksi vagal, tamponade, aritmia, dan gangguan elektrolit. Terapi suportif IABP direkomendasikan sebagai jembatan untuk terapi definitive yaitu terapi intervensi (emergency PCI).
Rekomendasi Terapi gagal jantung dan syok kardiogenik :
Killip Kelas II :
·         Oksigen.
·         Diuretic : furosemid 20-40mg IV dapat diulang tiap 1-4jam bila perlu.
·         Nitrat bila tidak ada hipotensi.
·         ACE-inhibitor bila tidak ada hipotensi, hipovolemia, atau gagal ginjal.
·         ARB (valsatran) bila ACE tidak dapat ditoleransi.
Killip kelas III :
·         Oksigen.
·         Ventilator tergantung hasil analisa gas darah (AGD).
·         Furosemid 20-40mg IV.
·         Nitrat bila tidak ada hipotensi.
·         Inotropic dopamine dan atau dobutamin.
·         Evaluasi hemodinamik dengan kateterisasi.
·         Revascularisasi dini.
Killip kelas IV :
·         Oksigen.
·         Ventilator mekanik tergantung hasil AGD.
·         Evaluasi hemodinamik dengan kateter.
·         Inotropik Dopamin (5-15mikro/kg/menit) dan atau dobutamin (5-20mikro/kg/menit).
·         IntraAorticBaloonPump (IABP).
·         Revaskularisasi dini.

Pedoman obat-obat infuse pada pasien kritis.
·         Dobutamin :
pengenceran 500mg/250ml.
dosis 2,5-20mikro/kg/mnt.
                      syring pump (ml/jam) : 1500mikro/min = 45 ml/jam
                                                            1250mikro/min = 37 ml/jam
                                                            750mikro/min = 22,5 ml/jam
                                                            500mikro/min = 15 ml/jam
                                                            250mikro/min = 7,5 ml/jam

·         Dopamin :
Pengenceran 400mg/250ml. 
dosis inotropic 2-10mkro/kg/min.
dosis vasopresor 10-20mikro/kg/min.
                      syring pump (ml/jam) : 1400mikro/min = 52,2 ml/jam
                                                            1200mikro/min = 45 ml/jam
                                                            1000mikro/min = 37,5 ml/jam
                                                            800mikro/min = 30 ml/jam
                                                            600mikro/min = 22,5 ml/jam

·         Epinephrine :
Pengenceran 3mg/250ml.
dosis awal 1mikro/min. naik sampai respon.
                      syring pump (ml/jam) : 4mikro/min = 20 ml/jam
                                                            3mikro/min = 15 ml/jam
                                                            2mikro/min = 10 ml/jam
                                                            1mikro/min = 5 ml/jam

·         Nitroglycerin :
Pengenceran 100mg/250ml.
dosis awal 5-10mikro/min. titrasi sampai 10-20mikro/min setiap 5 menit tergantung dosis terakhir dan kondisi pasien.
                      syring pump (ml/jam) : 80mikro/min = 12 ml/jam
                                                            60mikro/min = 9 ml/jam
                                                            40mikro/min = 6 ml/jam
                                                            20mikro/min = 3 ml/jam
                                                            10mikro/min = 1,5ml/jam

Notes : Pada pengenceran, nilai yang dipakai tidak kaku. Misalnya di RS yang titrasi dengan syring pump. 50ml maka dapat disesuaikan. Contoh dobutamin 500mg/250ml. dapat dibuat 100mg/50ml syringe pump.
alhamdulillah :-) semoga dapat membantu.

Saturday, August 11, 2012

ARITMIA & GANGGUAN KONDUKSI PASCA AMI


Komplikasi dari Acute Coronary Syndrome

1.       Dysrhythmia/Aritmia dan Gangguan Konduksi.

          Aritmia adalah kondisi dimana irama yang berasal bukan dari nodus SA, irama yang tidak teratur, frekuensi kurang dari 60x/menit( lebih dari 100x/menit) dan terdapat hambatan impuls supra ataupun intraventricular.  Salah satu etiologi tersering dari aritmia adalah iskemia berat dari sel otot jantung (ACS). Secara epidemiologi aritmia post ACS terjadi pada 72-100% dari pasien ACS yang dirawat pada ICCU (intensive coronary care unit).
Akan tampak adanya gambaran PVC (premature ventricular contraction) pada lebih dari 90% pasien dengan ACS. Atrial premature contraction juga umum terjadi sekitar lebih dari 50% pasien post ACS.
                Pada fase awal AMI, pasien sering menunjukkan gejala peningkatan aktivitas dari sistem saraf parasimpatis (tous vagal); pasien akan mengalami sinus bradikardi, AV block, dan hipotensi. Selanjutnya akan terjadi perubahan menjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis oleh peningkatan pelepasan hormon katekolamin, sehingga pasien akan mengalami ketidakstabilan listrik; PVC, Ventriclar tachycardia, Ventricular fibrilasi, accelerated idioventricular rythms dan AV junctional tachycardia.
                Pada aritmia, konsekuensi perubahan hemodinamis tergantung dari fungsi ventrikelnya. Contohnya pada kasus aritmia, jantung akan kehilangan 10-20% volume output ventrikel kiri pada kondisi dimana kontraksi atrium tereliminasi. Penurunan dari komplians ventricular dapat mengakibatkan penurunan 35% dari stroke volume ketika systole atrium tereliminasi.
                Pada akhirnya takikardia persisten dihubungkan dengan prognosis yang buruk, karena peningkatan penggunaan oksigen otot jantung. Ketikan vetrikel takikardi terjadi pada perjalanan akhir ACS, sering dihubungkan dengan infark di transmural dan disfungsi ventricular. (mortalitas 50%).
                Gangguan Konduksi
                Secara umum gangguan konduksi akan menghasilkan bradkardi oleh kegagalan penghantaran (konduksi)  impuls dari nodus SA ke ventrikel (hambatan pada AV node). Secara fisiologis impuls SA selanjutnya akan diteruskan ke atrium kanan dank e atrium kiri melalui Bachman’s Bundle, dlanjutkan ke nodus AV, bundle his, berkas cabang kanan dan kiri, serabut purkinje, dan berakhir di miokard. Nodus AV mendapatkan pasokan darah dari arteri descenden posterior yang merupakan cabang dari arteri koroner kanan pada 80% populasi. Maka infark miokard inferior paling sering menimbulkan komplikasi gangguan hantaran pada nodus AV (blok AV).
                Blok AV akan menimbulkan gejala seperti pusing, lemas, hampir pingsan, pingsan, dan kadang-kadang kematian mendadak. Blok AV derajat 1 dan derajat 2 tipe Mobitz I umumnya sering terjadi pada AMI anterior. Sedangkan blok AV derajat 2 tipe Mobitz II umumnya terjadi pada AMI anterior dan resiko berkembang menjadi blok AV derajat 3 (total blok).
                RBBB terjadi sekitar 2% pada pasien dengan AMI. Sering dihubungkan dengan AMI anteroseptal. Sedangkan LBBB terjadi sekitar 5% pada pasien dengan AMI dan dihubungkan dengan resiko mortalitas tinggi karena biasanya diakibatkan oleh infark luas.





Rekomendasi Terapi Aritmia pada ACS.

VT dan VT dengan Hemodinamik tidak stabil:
Kardioversi DC shock.
VT Monomorfik Refrakter dengan Kardioversi DC dan Hemodinamik tak stabil:
            Amiodaron. Lidokain. Transvenous Catether pace Termination.
VT Monomorfik Salvo Simtomatik Berulang:
            Amiodaron IV. Sotalol/beta bloker lainnya.
VT Polimorfik:
            Bila QT normal : Amiodaron IV. Lidokain. Sotalol/beta bloker lainnya.
            Bila QT memanjang : koreksi elektrolit, pertimbangkan Mg-Isopreterenol/lidokain.
Kontrol Laju Fibrilasi Atrial:
            Beta bloker IV atau Antagonis Kalsium Non-dihidropiridin (verapamil/diltiazem) bila tidak ada gejala gagal jantung, bronkhospasme, atau blok AV.
            Amiodaron IV. Digitalis IV bila ada disfungsi ventrikel berat/gagal jantung. Kardioversi elektrik.
Terapi Antikoagulan pada Fibrilasi Atrial:
            Terapi unfractional heparin IV atau LMWH.
Sinus Bradikardia dengan Hipotensi:
            Atropin IV. Pacu jantung sementara bila tidak ada respon dengan Atropin.
Blok AVII (tipe Mobitz) atau Blok AV total dengan Bradikardia yang menyebabkan Hipotensi atau Gagal Jantung:
            Atropin IV. Pacu jantung sementara bila gagal dengan atropine.

Catatan :

Amiodarone :  150mg bolus selama 10 menit. Dapat diberikan 150-300 bolus tambahan maksimal 6 kali. Dengan dosis maintenance 1mg/menit selama 6 jam dan dosis pemeliharaan 0,5mg/menit.
Atropine :  0,5mg bolus cepat minimal. Dapat diulang sampai dosis maksimum 1,5-2mg.
Diltiazem : 0,25mg/kgBB selama 2 menit.
Digoksin : 0,25mg tiap 2 jam, dapat diulang 2 kali.
Isopretenolol :  0,05-0,1mcg/kgBB /menit. Dosis disesuaikan dengan laju dan irama jantung.

Continued>>>