Search me'

Thursday, August 9, 2012

Me You n our similarity,. satu



       Ceritaku dengan Dia (Ale) bermula pada hari jum’at. 30 juni 2006.
Saat itu terlihat awan mengepul hitam, udara dingin bercampur bau air, sebentar lagi bakalan turun hujan pikirku. Jam ditanganku masih menunjukkan waktu setengah lima sore. Aneh, Waktu yang biasanya mahasiswa sini masih bergentayangan dengan urusannya masing-masing. tapi hari ini tampak sangat berbeda. Aku keluar dari perpus kampus dengan perasaan agak ngeri, sepi karena manusia yang hanya kulihat adalah dua orang petugas perpustakaan dan seorang satpam dikampusku. Hmmm, now its time to go home pikirku. Ya,. Kampusku kedengarannya lebih cocok disebut fakultas kedukunan daripada kedokteran. Bagaimana tidak? Para dosen dan dekanat disini lebih memilih untuk mempertahankan konstruksi bangunan yang sangat kuno. Yang konon diketahui bahwa semua gedung disini masih asli bangunan dari awal fakultas ini berdiri. Aneh., tapi itulah yang disebut selera.
          Hujan mulai turun deras. Angin pun tak kalah meriah dari hujan, berkolaborasi membentuk dualisme suasana. Romantis untuk orang yang berada dirumah bersama kekasihnya yang ditemani oleh teh hangat dan televisi. Mencekam untuk orang seperti aku yang berada nyaris sendirian dikampus horor ini. Kutarik nafas, mengumpulkan keberanian dan tetap berjalan ditepi gedung untuk menuju keparkiran. Di sudut kantin yang menuju ke parkiran itu. Aku lihat ada sosok hitam berbentuk manusia. Dia jongkok diam dibawah teras kantin. Sesaat kengerianku muncul. Keberanian tiba-tiba hancur lebur. Entah apapun itu hantu ataupun manusia yang jelas keselamatanku terancam. Jelas karena saat ini aku seorang wanita sendiri dikampus yang luas, gelap dan jauh dari pos satpam. Kukeluarkan sebatang pensil yang telah kuraut tajam pagi ini. Jika dia terlihat mengancam, sekarang aku siap untuk menusukkan pensil ini tepat di spasium intercosta5 ke tubuh sosok misterius itu.aku kumpulkan keberanian, bagaimanapun juga aku harus melewati kantin itu. Hanya itulah satu-satunya jalan menuju ke parkiran. Sekali lagi aku kutuk tata letak maupun konstruksi kuno bangunan fakultas ini. Aku jalan perlahan dengan kuda-kuda siap bertempur. Sampai kusadari pada jarak 3 meter. Ternyata dia sosok yang kukenal. Mahasiswa yang kukenal sebagai anak sombong penyendiri. “Ale”, cowok yang selama ini kuanggap sebagai copyan dari diriku . Mulutku masih terbuka saat dia berkata, “sedang apa kamu disini?”. Pertanyaan serupa yang ingin kusampaikan ke dia. Dan seharusnya itu lebih cocok aku yang menannyakan ketimbang dia. Orang bego apa pikirku yang masih betah dikampus dalam suasana mencekam seperti ini. “dasar freak” dalam hatiku sengaja aku tidak menjawab pertanyaannya. Sampai kulihat ada dua anak kucing dimasukkannya ke dalam kotak bekas mie instan berlapis kaus abu-abu yang sering dipakai Ale. Tanpa bertanya aku tahu itu merupakan dua anak kucing yang sering di kantin. Anak kucing yang kunamain rika dan mia. dua ekor anak kucing belang tiga oranye, putih dan hitam dengan warna dominan putih. Entah darimana asal kedua anak kucing tersebut, yang kuingat hanyalah saat dimana mbak ika, petugas kantin kami, menawarkan diri untuk mengasuh anak kucing tersebut sewaktu mahasiswa lainnya nyaris membuang anak kucing itu ke jalanan. Mulai dari saat itulah aku, berdua bersama mbak ika, berniat untuk merawat dua anak kucing itu sampai besar.
     Pikiranku pun kembali pada orang aneh didepanku ini. dia tampak tidak mengacuhkan keberadaanku dibelakangnya. dia masih asik dengan pekerjaannya, mengeringkan bulu rika dan mia. Pelan-pelan dia usapkan kain abu-abu tersebut ke bulu-bulu yang basah. dia membuka tasnya dan mengeluarkan Tupperware berisi susu cair dan dituangnya ke cawan tempat dimana aku sering member susu rika dan mia. Ale pun tampak menikmatinya sehingga mungkin dia tak mendengar aku berkali-kali memanggilnya. sehingga aku pun tetap berdiri dibelakangnya, mengamatinya. Ale tampak basah kuyup, baju dan jaketnya seperti cucian baru direndam, rambutnya yang lebat tampak tipis karena basah. memakai sandal dan celana pendek selutut. Ale lebih cocok tampak seperti orang yang baru saja dari rumahnya menembus hujan untuk sampai ke kampus. Aneh. Hal penting apa yang membuat dia pergi kesini dalam keadaan hujan deras pikirku. tiba-tiba Ale membalikkan badan tersadar akan panggilanku tadi. Aku menjadi lebih terkejut melihatnya, Kulit wajahnya yang pucat, bibirnya yang mulai biru, kulihat tarikan nafas dari lehernya membuat aku yakin dia sedang kedinginan. kutanya sekali lagi “Ale,.! kamu ngapain dikampus hujan-hujan gini?”. Dia diam sejenak, sampai dia menjawab. “aku terjebak hujan disini”. What the??? Orang bego macam apa aku ini bisa percaya dengan apa yang dibilangnya tadi. Secara logika gak mungkin, kondisinya yang basah kuyup dengan celana pendek dan sandal, hujan yang baru 10menit yang lalu, Plus susu cair yang diberikannya ke rika dan mia. Tampak masih segar dan hangat. Kubiarkan dia yakin bahwa aku mempercayainya. Tidak tampak usaha darinya untuk menghangatkan badannya yang kedinginan. setidaknya melepas jaket biru yang basah kuyup itu. Aku pun mulai merasa sedikit tenang mengetahui aku bukan manusia satu-satunya yang berada dikampus ini. hujan semakin lebat, kondisi yang sangat tidak memungkinkan bagiku untuk pulang mengendarai motor. Aku sempat berpikir, mimpi apa kau tadi malam, hariku begitu “menyenangkan”, pagi-pagi jam6:30 sudah harus kekampus untuk rapat organisasi, tutorial yang kacau karena kebagian dosen yang perfeksionis, harus bertapa diperpus sampai sore untuk menyelesaikan skripsi. Dan terjebak hujan bersama “Ale”. Mahasiswa teraneh sekampus. Cakep dengan body ideal, tapi sayang, sifatnya yang aneh.
Continued>>>>


No comments:

Post a Comment